MAKALAH
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sosiologi Pembangunan
Dosen Pengampu : Ahmad Faqih
Disusun Oleh:
Muhammad Marzuki (1501046012)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Diskusi ini merupakan sebuah overview mengenai perubahan sosial yang
terjadi sebagai konsekuensi dari proses industrialisasi dalam kehidupan
masyarakat di negara sedang berkembang. Yang hendak disajikan bukan hanya
deskripsi tentang manfaat industrialisasi dalam memacu pertumbuhan ekonomi, dan
juga bukan sekedar diskusi teoritis tentang kaitan antara investasi,
perkembangan teknologi dan peningkatan sumberdaya manusia dalam proses
industrialisasi itu sendiri. Lebih dari itu, diskusi ini merupakan sebuah
telaah kritis tentang masalah-masalah krusial yang berkembang dalam masyarakat
sebagai konsekuensi dari proses industrialisasi, terutama yang secara riil
dihadapi oleh para pengambil keputusan dan para praktisi. Telaah kritis ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi usaha untuk mengarahkan proses industrialisasi
dalam bentuk perencanaan dan implementasi pembangunan yang sesuai dengan
kebutuhandan kepentingan masyarakat.[1]
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dan tujuan indusrialisasi?
2. Apa
saja faktor pedukung dan penghambat industrialisasi?
3. Bagaimana
Strategi industrialisasi?
4. Bagaimana
studi kasus industrialisasi di Negara Jepang ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Tujuan Industrialisasi
1. Definisi
indutrialisasi
Industrialisasi merupakan suatu proses interkasi
antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur
ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu
strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa
Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait
& libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Menurut Teguh (2010:4) pengertian industri adalah kumpulan
perusahaan yang mengasilkan barang yang sejenis yang mempunyai nilai tambah seperti
mengelola barang mentah menjadi barang jadi yang siap konsumsi yang lebih
bernilai dengan tujuan pembentukan pendapatan.
Menurut Swastha dan Sukotjo (2002) sebuah industri biasanya
digambarkan dengan sutau tempat yang terdapat banyak pabrik atau banyak
perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau mengolah
bahan setengah jadi menjadi bahan jadi, ataupun mengolah bahan jadi menjadi
bahan yang mempunyai nilai tambah.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa industri
adalah kumpulan perusahaan yang memproduksi barang sejenis atau homogen,
perusahaan tersebut mengolah barang mentah menjadi barang jadi yang mempunyai
nilai tambah.
Menurut Tambunan (2003:249)
industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi,
inovasi, spesialisasi produksi dan perdagangan antarnegara yang pada akhirnya
sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, mendorong perubahan struktur
ekonomi di banyak Negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis
industri. pertanian menjadi berbasis industri.
BPS (2011) membedakan skala industri
menjadi 4 lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, diantaranya
Industri Besar, berpekerja 100 orang atau lebih. Industri Sedang, berpekerja 20
sampai 99 orang. Industri Kecil, berpekerja 5 sampai 19 orang. Industri Rumah
Tangga, berpekerja < 5 orang, industri rumah tangga
Dasar kriteria yang digunakan BI adalah
besar kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki. Klasifikasinya berdasarkan
penetapan pada tahun 1990 yaitu Perusahaan besar, perusahaan yang memiliki
asset (tidak termasuk nilai tanah dan bangunan) ≥ Rp 600 juta serta perusahaan
kecil, perusahaan yang memiliki asset (tidak termasuk nilai tanah dan bangunan)
< Rp 600 juta.[2]
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
diklasifikasikan:
1. Industri
primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah)
menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap
selanjutnya
2. Industri
sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang
setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk
konsumsi
2. Tujuan
industrialisasi
a. Untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi
b. Mengolah
bahan setengah jadi menjadi bahan jadi, ataupun mengolah bahan jadi menjadi
bahan yang mempunyai nilai tambah.
c. Untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong perubahan struktur ekonomi di
banyak Negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri.
pertanian menjadi berbasis industri.
B. faktor
pedukung dan penghambat industrialisasi
1. Faktor
Pendukung Industrialisasi
Faktor pendukung industrialisasi (perbedaan intesitas
dalam proses industrialisasi antar negara) :
a.
Kemampuan
teknologi dan inovasi
b.
Laju
pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c.
Kondisi
dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d.
Besar
pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e.
Ciri
industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan
SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
g.
Kebijakan/strategi
pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi
ekspor.
2. Faktor
Penghambat Industrialisasi
penyebab
kegagalan lebih mengarah pada belum adanya pengalaman yang memadai baik tentang
bisnis/usaha yang dijalankannya dan manajerial atau juga kompetensi dalam
bisnis/usaha itu. Beberapa faktor penyebab yang menjadikan usaha industri
mengalami kegagalan. Ada empat faktor seperti berikut :
a. Kurang pengalaman (Inesperience)
Lingkungan bisnis yang sangat dinamis itu menuntut setiap
pengelola usaha besar atau kecil untuk selalu tanggap dengan jalan
mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi begitu amat cepatnya. Perubahan
pola-pola kebiasaan masyarakat dalam berpakaian, mode, dan seterusnya, harus
ditanggapi pula oleh pengusaha dengan merubah pola produksi dan ragam barang
yang kelak akan dipasarkan. Lemahnya manajemen sering kali melengkapi ketiadaan
pengalaman manajerial suatu unit usaha kecil dalam menghadapi perubahan ini.
b. Kemampuan berhubungan
Faktor ini juga merupakan penyebab
rusaknya usaha industri kecil. Pengusaha suatu unit usaha sudah seharusnya
tidak hanya memiliki kemampuan teknis, namun juga harus memiliki kemampuan
memandang secara konseptual bidang usahanya dalam menatap dan mengantisipasi
masa depan. Kebanyakan pengusaha kecil kita masih berkutat dan terlalu
berkonsentrasi pada fungsi utama sebagai pengusaha dengan mengandalkan
kemampuan teknis, sementara fungsi lainnya untuk menjalin hubungan dengan rekan
bisnis, relasi, dan semacamnya hanya dilakukan ala kadanya. Dengan kata lain,
pengusaha kecil di Indonesia masih belum dapat memanfaatkan fungsi primer lain
di luar fungsi penguasaan teknis brusaha. Hal ini berdampak negative bagi
pengembangan usaha.
c. Lokasi
Tidak Strategis
Lokasi yang tidak strategis merupakan salah satu penyebab
rendahnya daya jual industry kecil. Biasanya lokasi-lokasi usaha yang strategis
sudah lebih dahulu dikuasai oleh pengusaha-pengusaha besar. Di samping itu,
pengusaha kecil sering kurang berpikir rational dan sama sekali tidak
mempertimbangkan keuntungan-keuntungan ekonomi bagi pemilihan lokasi. Dimana
ada tempat untuk berteduh, di situ para pengusaha kecil menggelar dagangannya.
d. Daya
saing
Persaingan akan timbul pada suatu wilayah bersaing untuk
dapat memperoleh pangsa pasar dan kesempatan (market and opportunity share).
Keunggulan daya saing wilayah akan tercipta jika wilayah tersebut memiliki
kompetensi inti (core competence) yang dapat dibedakan dari wilayah
lain. Sehingga perumusan visi dan misi yang spesifik, unik, tepat dan akurat
akan mendorong suatu wilayah meraih keunggulan daya saing yang berkelanjutan,
pertumbuhan wilayah, serta meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan
produk-produk unggulan. Maka kesempatan bersaing dapat digali secara mandiri.[3]
C. Strategi
industrialisasi
1. Strategi
Internal
Siasat bisnis bukan berarti keberhasilan
dengan cara menghancurleburkan segala yang mengahadang didepan kita, melainkan
dengan cara mensiasati persoalan dengan tetap selaras, serasi, seimbang dengan
lingkungan dan sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam bisnis baik dalam
berurusan dengan pelanggan, mitra bisnis, pesaing, maupun hukum. Strategi
internal ini meliputi :
a. Efisiensi
fungsi manajemen
Para karyawan dituntut bekerja secara
efisien, yakni mencapai tujuan pekerjaan dengan menggunakan daya seminim
mungkin. Kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan harus dijalankan, dan bila
perlu penggunaan peralatan dan dana ditekan serendah mungkin. Bila sebelum
krisis tujuan sebuah program kerja masih dicapai dengan menggunakan pola lama,
yaitu tidak memperdulikan sumber daya (uang, alat, sistem, tenaga kerja), kini
dalam kondisi krisis semua itu harus dilakukan seefisien mungkin.
b. Penghematan
Berhemat bukan berarti
kikir, namun menggunakan sumber-sumber untuk pencapaian tujuan secara wajar.
Tingkat tanggungjawab terhadap dana yang dikeluarkan semakin tinggi dan
penghapusan dana yang tak terduga harus dilakukan.
c. Rekonstruksi
organisasi perusahaan
Jika
suatu perusahaan ingin bertahan dan melampaui kondisi krisis seperti ini,
perusahaan perlu melihat apakah struktur organisasinya secara vertikal maupun
horizontal sudah tepat. Bila struktur yang ada menampakkan kecenderungan
penyebaran yang tidak efektif dan efisien, sudah saatnya perusahaan merevisi
kembali struktur tersebut. Kotak struktur yang tidak layak dan tidak perlu
patut dihapuskan atau digabungkan dengan yang lain.
Tujuan dari
restrukturisasi ini bukan untuk mengurangi jumlah karyawan sebanyak mungkin,
melainkan mencari efisiensi kerja dan hasil kerja. Memecat karyawan dengan
semena-mena dengan alasan krisis bukan cara yang bijaksana. Bila perlu karyawan
dipertahankan namun divisi-divisi dikurangi dan digabungkan dengan yang lain.
d. Pengembangan
profesionalisme
Kita
harus membedakan antara profesionalisme individu dan tim work. Pekerjaan tim
work pada dasarnya sudah dikonsep untuk diselesaikan oleh beberapa orang dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Contoh yang sederhana adalah pekerjaan seorang
dosen.
Agar
karyawan menjadi profesional, ia harus tekun bekerja, mau mengejar ketinggalan
serta disiplin dan berdedikasi tinggi atas pekerjaannya. Kesadaran mengenai
semua hal ini belum dimiliki oleh sebagian besar dari kita, sehingga sumber
daya manusia kita ketinggalan dari negara lain.
e. Peningkatan kualitas dan produktivitas
(quality and productivity improvement)
Untuk
mengetahui tingkat kualitas suatu barang atau jasa diperlukan adanya standart.
Bila suatu perusahaan belum memiliki standart ini, dapat dipastikan bahwa tidak
ada kualitas yang ingin dicapai perusahaan tersebut. Meningkatkan kualitas
layanan berarti melakukan suatu tindakan
dalam kategori “more than the expectation
of the guest”. Misalnya, jika standart pelayanan menunjukkan bahwa
penjemputan jam tamu dibandara paling lambat adalah pada waktu pesawat
mendarat, status “more than the expectation” dapat dicapai apabila petugas
telah berada dibandara 15 menit sebelum pesawat mendarat. Kinerja yang maksimal
menuntut produktivitas yang tinggi. Salah satu persyaratan produktivitas tinggi
adalah kesehatan jasmani yang dapat dicapai dengan gizi yang cukup dan kegiatan
hidup yang seimbang antara kerja dan istirahat.
f. Penyadaran
diri (intropection)
Berkaca
pada diri sendiri berarti menelaah dan melihat apa yang kita lakukan dalam
bekerja. Mungkin ada hal-hal negative yang pada masa sebelum krisis tidak
begitu kentara jika dibandingkan dengan pada masa krisis. Tindakan foya-foya,
mempergunakan anggaran sesuka hati, korupsi, manipulasi adalah hal-hal negatif
yang tanpa disadari telah dilakukuan, baik dalam skala kecil maupun skala
besar. Mempergunakan waktu kantor untuk melakukan pekerjan sampingan adalah
korupsi waktu perusahaan. Membeli keperluan kantor dengan harga yang berbeda
dari harga sebenarnya adalah salah satu contoh kecurangan.
g. Pengahayatan
visi dan misi perusahaan
Visi
merupakan suatu sasaran jangka panjang yang dihayati secara terus menerus
sehingga tertanam dalam benak seluruh insan yang terlibat dalam organisasi
tersebut. Misi menunjukan maksud dari suatu kebenaran. Dapat dikatakan bahwa
misi merupakan penjabaran visi.
h. Perbaikan
mental kerja (mentality Improvement)
Peningkatan
pengetahuan dan kemampaun pekerja sedikit banyak telah mengubah pola lama
tersebut. Banyak tenaga kerja lulusan
sekolah menegah atas atau lulusan perguruan tinggi yang sudah mampu
menganalisis situasi dan sistem keadilan. Dulu para buruh dapat diatur tapi kini
tidak lagi. Cara baik agar bisnis dapat berjalan lancar adalah menganggap bahwa
para karyawan adalah mitra kerja. Menempatkan mereka pada tempat yang layak
adalah berarti menciptakan dukungan yang besar terhadap perusahaan.
i.
Genggam erat persahabatan dengan
pelanggan
Setiap
melayani klien petugas harus selalu menganggap bahwa mereka adalah sahabat.
Bila dianggap sebagai sahabat dan diperlakukan dengan penuh hormat dan
profesional, pelanggan akan merasa nyaman. Menjadi sahabat bagi pelanggan
berarti kita lebih memperhatikan mereka, ingin mengetahui lebih banyak hal-hal
yang menjadi kesenangan dan ketidaksenangan mereka.
2. Strategi
Eksternal
Strategi
eksternal merupakan strategi perusahaan yang berkaitan dengan unsur dari luar
perusahaan itu sendiri. Strategi ini diantaranya :
a. penggabungan
kedepan (Forward Intergration)
strategi
penggabungan kedepan ini melibatkan keberhasilan perusahaan dalam hal
pengendalian dan pengawasan atas para distributor atau pengecer. Agar
perusahaan dapat bertahan ia mungkin perlu melakukan franchising. Kerjasama
semacam ini sangat menguntungkan karena pemilik franchise dapat
mendistribusikan produk dan pelayanan standart pada perusahaan-perusahaan
bersangkutan. perusahaan yang banyak melakukan franchising misalnya hotel,
restoran, dan pabrik minuman berskala internasional.
b. Penetrasi
Pasar (market penetration)
Menembus
pasar berarti mencari peluang untuk menghadirkan produk atau pelayanan dalam
pangsa pasar yang ada.
c. Mengembangkan
pasar (market development)
Mengembangkan
pangsa pasar berarti memperkenalkan, mempromosikan, dan menghadirkan produk dan
pelayanan pada suatu daerah pemasaran baru.
d. Pengembangan
Produk (product development)
Pengembangan
produk dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki dan
mengubah bermacam-macam produk dan pelayanan. Yang paling banyak melakukan
tindakan seperti ini, antara lain pabrik minuman, pabrik otomatis, atau
komputer.
e. Perluasan
Konsentris (Concentrik Divercivication)
Perluasan
konsentris artinya menambahkan suatu yang baru namun masih berhubungan dengan
produk dan jasa yang lama, misalnya perusahaan telephone.
f. Usaha
Bersama (join Venture)
Usaha
bersama ini melibatkan dua atau lebih perusahaan yang bergabung menjadi satu,
contohnya usaha bersama perusahaan kontruksi PT Pembangunan Jaya dengan
Ohbayasi Gumi Coparation.[4]
D. studi
kasus industrialisasi di Negara Jepang
Sektor
industri termaju
Sektor industri merupakan yang termaju dalam
perekonomian Jepang. Produk logan di Jepang, Khususnya besi dan baja meluas dengan nyata sejak
berakhirnya PD II, walaupun bahan bakunya merupakan bahan impor dari
negara-negara lain. Jepang merupakan produsen baja terbesar dunia setelah AS.
Sebelum
perang jepan bukan saja berswasembada dalam produksi kapal, kreta api, dan
mesin tekstil malahan juga mengekpor barang-barang tersebut dalam jumlah yang
lumayan besarnya ke negara-negara lain. Sejak akhir persng industri mesin
mengayun langkah bagi pertumbuhan ekonomi jepang.
Barang-barang
jepang disektor industri mesin, kendaraan bermotor ( mobil dan sepeda-motor),
alat-alat elktronik, kebutuhan rumah tangga, merajai pasaran internasional.
Ekspor mesin pada tahun 1977 berjumlah tidak kurang dari Rp 49,7 treliun atuau
61,8%dari seluruh ekspor negeri ini. Produksi permesinan di Jepang baik mesin
listrik maupun mekanik dan barang-barang elektronikmerupakan sektor penting
dalam industri negara tersebut. Pertumbuhan yang sangat mencolok sejak
pertengahan tahun 1950-an mendorong pengembangan lbih lanjut. Ekspor
mesin-mesin listrik dan mekanik termasuk barang-barang elektronikterutama ke
AS, Kanada, dan Meksiko, (kawasan Amerika Utara ), Asia, serta Eropa berjumlah
Rp12,7 treliun atau 24,4% dari ekspor
permesinan jepang, atau 15,7%
keseluruhan ekspor negri itu. Jepang juag membuat dan mengekspor kapal
laut, pesawat udara, kendaraan bermotor, kreta api bahkan mengekspor
bermacam-macam mesin hasil teknologi canggih ke berbagai kawasan Asia, Afrika,
Amerika latin, Eropa, dan juga ke AS. Kemajuan juga dicapai pada sektor
angkutan udara dan angkutan darat dengan jalan raya termodern di dunia.
Perdagangan
Luar Negeri Jepang
Jepang merupakan salah satu jajaran
negara industri maju yang selalu unggul pada sektor perdgangan luarnegerinya
dan senantiasa meraih surplus dalam neraca perdagangan Jepang dengan negara-negara
mitra dagangnya. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini bukanlah perdagangan
antara negara maju dengan negara-negara sedang berkembang, melainkan justru
diantara negara-negara industri maju itu sendiri
Kenyataan tersebut menunjukan betapa
kemajuan ekonomi Jepang tersebut mampu “mengalahkan” negara-negara penaklukya dalam PD II yang
mempora-porandakan negara itu pada bidang ekonomi. Negara-negara sedang
berkembang agaknya perlu belajar banyak dari jepang tentang bagaimana ekonomi
suatu bangsa dapat dibangun dengan cara yang sesuai dengan tuntutan zaman.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
industrialisasi
merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi,
spesialisasi produksi dan perdagangan antarnegara yang pada akhirnya sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat, mendorong perubahan struktur ekonomi di
banyak Negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri.
pertanian menjadi berbasis industri. Dalam indutrialisasi bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat, mendorong perubahan struktur ekonomi di
banyak Negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri.
pertanian menjadi berbasis industri.
Faktor pendukung industrialisasi (perbedaan intesitas
dalam proses industrialisasi antar negara) :
Kemampuan teknologi dan inovasi.
Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara
yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia,
dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses
industrialisasi lebih cepat. faktor penyebab yang menjadikan usaha industri mengalami kegagalan. Ada empat
faktor seperti berikut : Kurang
pengalaman (Inesperience), Kemampuan berhubungan, Lokasi Tidak Strategis, Daya saing
Dalam indusrialisasi mempunyai
sterategi untuk meningkatkan qualitas perusahaan tersebut diantaranya; Efisiensi
fungsi manajemen, Penghematan, Rekonstruksi organisasi perusahaan, Pengembangan
profesionalisme, Peningkatan kualitas dan produktivitas (quality and
productivity improvement, Penyadaran diri (intropection), Pengahayatan visi dan
misi perusahaan,Perbaikan mental kerja (mentality Improvement), Genggam erat
persahabatan dengan pelanggan.
B. Saran
Penyampaian makalah ini
lebih baiknya ditambah dengan fakta-fakta yang ada di sekitar, supaya lebih
memperkuat penyamaiannya. Semua itu ada kelebihan dan kekurangan tidak bisa
sempurna. Bahwasanya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
[1]Dr.
Sunyoto Usman, Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 240
[2] Eka Suci Ratnaningsih, 2006, Jurnal “Pengaruh pertumbuhan
sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja di kota surabaya”, ( Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya, di Unduh 7 Desember 2016 )
[3]
Vinza Firqinia Fristia dan Ardy Maulidy
Navastara, JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539, Faktor Penyebab Belum Berkembangnya
Industri Kecil Batik Desa Kenongo Kecamatan Tulangan-Sidoarjo, ( Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember, di
undih pada 7 Desember 2016)
[4] Endar
Sugiarto, Psikologi Pelayanan Dalam
Industri Jasa, ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999) hlm 292
[5]
Syahbuddin Mangandaralam, JEPANG, Negara Matahari Terbit, (Bandung
: Remaja Rosdakaya Offset) hlm 72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar